Bendungan Karian: Proyek Strategis Banyak Manfaat
- On 08/06/2017
(KPPIP-8/6) – Proyek Strategis Nasional (PSN) terus dikebut pengerjaannya agar selesai di penghujung tahun 2019. Salah satunya proyek pembangunan Bendungan Karian, di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Masuk tahun anggaran 2015-2019, Proyek Bendungan Karian yang nilai kontrak konstruksinya mencapai Rp1 triliun lebih itu sebagian pembiayaannya didapat dari pinjaman Korea.
Untuk pembangunan fisik proyek digarap konsorsium perusahaan asal Korea, PT. Daelim Industrial Co. Ltd dengan PT. WijayaKarya (WIKA) dan PT Waskita Karya (Persero) itu, hingga awal Juni 2017 sudah mencapai 33,95 persen.
“Sesuai jadwal. Targetnya, bendungan sudah mulai impounding (menampung) di quarter ketiga (November) tahun 2019,” kata Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) WahyuUtomo, saat kunjungan ke proyek Bendungan Karian, Sabtu (3/6).
Asisten Deputi Infrastruktur Sumber Daya Air Kemenko Perekonomian, Mohammad Zainal Fatah yang ikut dalam kunjungan mengatatakan Bendungan Karian yang kapasitas totalnya mencapai 314,7 juta meter kubik (m3) punya banyak manfaat. Sebagai upaya mengurangi banjir, konservasi air, penyediaan air baku, irigasi, penghasil listrik, hingga kemungkinan dikembangkan jadi tempat wisata bagi warga sekitar.
Kemampuan Bendungan Karian menampung hingga 60,8 juta m3, diharapkan bisa mengurangi luapan banjir Sungai Ciujung hingga 30 persen. “Fungsi konservasi air. Sebelumnya air Sungai Cijuang jika sedang meluap terbuang percuma membanjiri jalan tol seperti di tahun 2014 di Tol Jakarta-Merak,” kata dia.
Air yang ditampung bendungan selanjutnya digunakan menjadi air baku sebesar 14,6 m3/detik untuk dipasok ke berbagai daerah. Seperti Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, KabupatenTangerang, Kota Tangerang Selatan. Juga memasok untuk kebutuhan air di Ibu Kota DKI Jakarta sebesar 9,1 m3/detik.
Belum lagi luas irigasi yang akan bertambah hingga 2.000 hektar di daerah Ciujung, juga listrik 1,8 megawatt yang bisa diproduksi dari keberadaan Bendungan Karian. Fatah menambahkan, penduduk sekitar tentunya akan merasakan dampak positif dari keberadaan Bendungan Karian. Sebab kawasan sekitar bendungan biasanya menjadi lebih hijau, sehingga bisa digunakan untuk tempat wisata.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BBWSC-3) Tris Raditian, mengakui adanya sejumlah kendala di proyek Bendungan Karian, khususnya di masalah pembebasan lahan. “Pembebasan tanah sudah mencapai 48,2 persen (hingga Juni 2017),” kata dia, ditemui di waktu yang sama.
Kendati demikian, Tris mengatakan tidak ada penolakan berarti dari upaya pembebasan tanah di proyek Bendungan Karian. “Sebab sebelum dimulai proyek ini kita sudah lebih dulu memberi penjelasan ke masyarakat, tokoh dan sebagainya. Mereka juga kita beri kesempatan berkunjung, sehingga juga merasa memiliki,” kata dia.
Data Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyebutkan luas total kebutuhan lahan proyek Bendungan Karian kurang lebih mencapai 2226,44 hektar. Diperlukan untuk lahan quarry (material batu) dan jalan akses seluas kurang lebih 32,68 hektar (jalan akses di kawasan hutan seluas kurang 5,2 hektar). Tapak bendungan, genangan dan green belt seluas kurang lebih 2193,76 hektar (genangan di kawasan hutan seluas kurang lebih 195 hektar). Terletak di lima kecamatan: Maja, Rangkasbitung, Sajira, Cimarga, dan Muncang. Target pembebasan lahan di tahun anggaran 2017 seluas kurang lebih 408,89 kubik. Pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi telah dilaksanakan bulan April-Mei 2016. Namun masih menunggu dana LMAN (LembagaManajemenAset Negara) untuk tahap selanjutnya. (TimKom KPPIP)