Pertamina Umumkan 2 Mitra Garap Kilang Bontang
- On 31/01/2018
PT Pertamina (Persero) akhirnya mengumumkan siapa partner strategis untuk menggarap pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Bontang, Kalimantan Timur. Perusahaan itu yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dan Cosmo Oil International Pte Ltd (COI).
Kedua perusahaan tersebut telah mengalahkan 8 perusahaan lainnya yang masuk dalam pemilihan tahap akhir. Bahkan pada pencarian mitra dibuka sejak 28 Februari 2017, tercatat ada lebih dari 100 perusahaan yang menyatakan minatnya.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang menjelaskan, kedua perusahaan menjadi mitra Pertamina dalam bentuk konsorsium. Nantinya mereka akan bekerjasama membangun kilang GRR Bontang dengan skema joint venture.
“Mereka berkolaborasi OOG dari Oman dan COI dari yang memiliki reputasi refinance di Jepang,” tuturnya di Gedung Utama Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1/2018).
Rencananya dengan kedua perusahaan tersebut akan dibangun kilang dengan kapasitas 300 barel per hari (bph). Adapun nilai investasinya ditaksir mencapai US$ 10 miliar atau setara Rp 130 triliun.
Pertamina sendiri akan masuk dalam proyek tersebut dengan kepemilikan hanya 10%. Bahkan porsi itu pun Pertamina berharap mendapatkannya secara cuma-cuma. Sebab pembiayaan akan dilakukan oleh OOG yang juga menyuplai crude sedangkan COI bertugas sebagai marketing untuk mengekspor produknya.
“Kerja sama ini nanti fully funded oleh konsorsium. Pertamina dalam hal ini tidak sertakan permodalan, namun dapat minimum 10% share sebagai keikutsertaan di konsorsium,” tuturnya.
Meski begitu, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso menekankan, kecilnya porsi kepemilikan Pertamina dalam rangka mengedepankan aspek kehati-hatian dalam proyek tersebut. Perseroan masih bisa memperbesar porsi kepemilikannya.
“Jadi ini dalam rangka mengurangi risiko, bukan karena enggak punya funding. Komitmen Pertamina sangat besar, jangan dilihat dari 10% berarti kita tidak prioritaskan,” tegasnya.
Dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan diskusi dengan konsorsium tersebut untuk melakukan technical study dan engineering paket. Di harapkan pada 2020 sudah final.
Setelah masuk dalam tahap Final Investment Decision (FID), di tahap itu lah menurut Gigih Pertamina akan menentukan apakah akan menambah porsi kepemilikan atau tidak. Setelah itu dieksekusi hingga akhirnya berproduksi pada 2025.
“Di situ diskusi lebih dalam masalah saham, pengaturan produk, lifting dan sebagainya akan didiskusikan,” tambahnya.
Nantinya minyak dari kilang di Bontang itu akan dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik dan luar negeri. Untuk produk minyak mentah BBM atau avtur rencananya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara untuk hasil produk solar akan di ekspor.
Dalam perjanjian awal Pertamina juga berhak memasok sampai 20% dari minyak mentah GRR Bontang, Product Offtake dimana Pertamina tidak memberikan jaminan offtake, serta Pertamina bersedia bekerjasama untuk joint marketing.
“Jadi, kalau ada ekses produk dan butuh marketing ekses ekspor nanti konsorsium yang akan melakukan ekspor. kalau dalam negeri ada demand pertamina akan ambil sesuai porsi secara marketing b to b konsorsium untuk dipasarkan di dalam negeri,” tandasnya. (dna/dna)
sumber : detik.com