Pentingnya Sistem Pemipaan dalam Penyediaan Air Siap Minum
- On 07/10/2017
Tidak saja pipa yang berkualitas, namun sistem pemipaan yang dapat dengan mudah mendeteksi adanya kebocoran, menjadi hal penting dalam menjaga kualitas air sehingga perusahaan mampu menyediakan air siap minum bagi pelanggan.
Hal itu terungkap pada acara kunjungan tim Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Buaran milik PT Aetra Air Jakarta, Jumat (6/10). Hadir pada acara tersebut Direktur Sektor Air dan Sanitasi KPPIP Henry BL. Toruan yang didampingi oleh beberapa staf KPPIP. Sementara dari pihak Aetra dihadiri oleh Vice President Director L. Bano Rangkuty, Direktur Operasi Lintong Hutasoit dan beberapa jajaran pimpinan perusahaan Aetra.
Dalam pertemuan tersebut, Henry menjelaskan tentang beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) maupun proyek prioritas yang terkait dengan air seperti pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Semarang Barat, Umbulan, Lampung dan Jatigede. Menurut Henry, pemerintah memiliki perhatian yang sangat besar dalam penyediaan air bersih yang dapat diminum langsung oleh masyarakat. “Tugas besar kami di KPPIP adalah membuat berbagai proyek pembangunan infrastruktur SPAM tersebut dapat menghasilkan air siap minum sampai di rumah tangga,” ujar Henry.
Lintong Hutasoit menjelaskan bahwa sebenarnya perusahaan seperti Aetra memiliki kemampuan untuk mengolah dari air baku hingga menjadi air siap minum. Hal itu dibuktikan dengan seluruh air yang ada di area IPA Buaran bisa diminum. Hanya saja, menurut Lintong, ketika air yang telah diolah di IPA kemudian didistribusikan ke para pelanggan, terjadi kontaminasi akibat kebocoran pipa. Menurut Lintong tingkat kebocoran air yang dialami oleh Aetra mencapai 40%.
Direktur Sektor Air dan Sanitasi KPPIP, Henry BL Toruan (paling kiri) bersama Direktur Operasional PT Aetra Air Jakarta Lintong Hutasoit (paling kanan) meminum langsung air hasil pengolahan saat berkunjung ke IPA Buaran.
“Persoalannya, kami mengalami kesulitan dalam mendeteksi titik kebocoran tersebut, sebab pipa-pipa yang telah ditanam berada di kedalaman 3 meter di bawah jalan beton sehingga tidak dapat diketahui kebocorannya dari permukaan. Butuh biaya yang besar untuk mengganti pipa-pipa tersebut,” ujar Lintong. Menanggapi hal tersebut Henry lantas mengusulkan adanya suatu wilayah tertentu yang dapat dijadikan sebagai pilot project penyediaan air siap minum. “Bisa dimulai dari satu komplek perumahan dekat instalasi sini dibuat sistem pemipaan yang baru dan mudah untuk mendeteksi adanya kebocoran. Dengan demikian, ini akan menjadi suatu prestasi bagi Aetra dalam menghasilkan air siap minum bagi masyarakat,” ujar Henry.
Pada kesempatan tersebut pihak Aetra mengajak tim KPPIP berkunjung ke proses produksi dan pengolahan air di IPA Buaran. Proses pengolahan air di IPA Buaran dimulai dari air baku yang diperoleh dari Kanal Tarum Barat (Kali Malang) yang bersumber dari waduk Jatiluhur.
Air baku tersebut kemudian diolah beberapa kali dalam bak-bak penampung air sambil dimasukkan beberapa bahan kimia untuk menghilangkan bakteri. Setelah itu air kemudian diolah menggunakan mesin untuk memisahkan lumpur dari air. Setelah bersih, air tersebut kemudian didistribusikan melalui pipa-pipa besar yang disalurkan ke pos-pos distribusi yang selanjutnya dialirkan melalui pipa sedang dan kecil hingga ke rumah pelanggan.
PT Aetra Air Jakarta saat ini memiliki 2 unit Instalasi Pengolahan Air (IPA), yaitu IPA Buaran kapasitas Produksi 6.000 liter/detik dan IPA Pulo Gadung kapasitas produksi 4.000 liter/detik yang melayani lebih dari 400 ribu pelanggan di seluruh wilayah Jakarta Timur, sebagian Jakarta Utara, dan sebagian Jakarta Pusat.###