Revisi Rencana Pengembangan Proyek Minyak dan Gas Blok Masela diterima Presiden
- On 17/07/2019
Presiden Joko Widodo menerima kedatangan delegasi Inpex Corporation di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 16 Juli 2019. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menerima laporan revisi Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) Proyek Minyak dan Gas Blok Masela, Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku. Delegasi Inpex yang dipimpin oleh President/CEO Inpex Corporation, Takayuki Ueda ini didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan serta Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto.
“Jadi ini kami melaporkan kepada Bapak Presiden bahwa persetujuan pemerintah terhadap pembangunan Blok Masela juga sudah diberikan. Jadi kami lapor dan kami serahkan persetujuannya di depan Bapak Presiden,” jelas Jonan seusai pertemuan.1
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan Presiden Jokowi menyambut gembira kerja keras kedua belah pihak sehingga proses negosiasi yang alot bisa diselesaikan. “Investasi ini tentunya akan sangat berarti untuk Indonesia. Diharapkan Inpex akan commit dengan apa yang sudah tertuang di PoD dan apa yang dipersyaratkan dalam persetujuan Pak Menteri ESDM pada PoD itu,” ungkap Dwi.2
Sebagaimana diketahui, revisi PoD telah dilaporkan kepada Presiden Jokowi ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Head of Agreement (HoA) oleh SKK Migas dan Inpex pada 16 Juni 2019 lalu di Tokyo, Jepang. Langkah selanjutnya dalam pengembangan Blok Masela ini adalah Final Investment Decision (FID).
Sementara itu, Presiden sekaligus CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menyambut baik selesainya revisi PoD ini. Ia berharap proyek ini bisa berlangsung sampai tahun 2055. Ueda pun mengatakan bahwa Inpex berkomitmen menjalankan apa yang telah disepakati dalam PoD, termasuk terkait konten lokal dan penggunaan tenaga kerja asli daerah setempat. Ia meyakini, proyek ini juga akan memiliki efek berganda bagi perekonomian Indonesia.
“Saya berikan contoh, jika proyek ini berlangsung hingga 2055 proyek ini akan memiliki dampak sekitar USD153 miliar yang akan ditambahkan ke GDP Indonesia di akhir proyek. Juga akan berkontribusi pada ketenagakerjaan di negara ini. Dalam kaitannya dengan efek ganda, proyek ini akan menciptakan sekitar 73.000 lapangan kerja,” papar Ueda.
Pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela seperti diketahui masuk 37 Prioritas dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagaimana yang diatur dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017 sebelum diperbarui dengan Perpres 56 tahun 2018. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, ada empat hal penting terkait investasi di Indonesia yang bisa diambil dari selesainya kesepakatan dengan Inpex ini. Pertama, ini merupakan investasi yang memiliki nilai besar, yaitu sekitar USD20 miliar atau setara Rp288 triliun. Kedua, proyek ini berlokasi di Indonesia bagian timur yang jika ditinjau dari segi infrastruktur masih belum sebaik Indonesia bagian barat. Hal ini membuka peluang investasi di wilayah-wilayah lain yang masih belum dieksplorasi.
Ketiga, proyek ini dilakukan di laut dalam. Blok Masela sendiri, dengan luas area saat ini lebih kurang 4.291,35 kilometer persegi, terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan kedalaman laut 300–1.000 meter. Keempat, proyek ini akan meningkatkan pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia. Dwi menuturkan, nantinya pengelolaan Blok Masela akan dilakukan di lepas pantai (off-shore) dan di darat (on-shore). Dari sumur-sumur di lepas pantai, akan ada pipa-pipa menuju floating processing unit untuk memisahkan antara minyak dan gas. Kemudian gas akan disalurkan dengan pipa hingga sampai ke darat, memanjang 180-200 kilometer.
Di samping nilai investasi sebesar Rp288 triliun, Dwi memperkirakan nanti akan ada investasi di bidang petrokimia yang nilainya berkisar USD1,5-2 miliar. Dalam pengembangan proyek ini sendiri, Inpex diperkirakan akan menghasilkan gas sebanyak 9,5 juta ton per tahun dalam bentuk liquefied natural gas (LNG) dan 150 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas pipa.