Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek Beroperasi Akhir 2019
- On 23/09/2019
Jakarta, Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) II ditargetkan dapat beroperasi pada akhir November 2019. Proyek jalan tol ini diharapkan nantinya dapat mendukung kelancaran arus mudik Natal dan tahun baru 2020. Data BPJT, Progres konstruksi tol sepanjang 36,4 Km tersebut saat ini telah mencapai 96,5%.
Jalan Tol Layang Japek II berada tepat di sebagian ruas Tol Jakarta-Cikampek eksisting, membentang dari ruas Cikunir hingga Karawang Barat (Sta 9+500 sampai dengan Sta 47+500). Pengusahaannya dilakukan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) yang merupakan anak usaha dari PT. Jasa Marga.
Pembangunan jalan tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) II ini merupakan pekerjaan besar. Tol Layang Japek II akan menjadi jembatan terpanjang di Indonesia, ada sekitar 9.000 tiang pancang yang dibuat dalam pembangunan tol ini, karena semuanya merupakan elevated. Pembangunan Jalan Tol ini Tol ini diiawasi oleh Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ).
Pengerjaan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) II dilakukan secara bersamaan dan berdekatan dengan pembangunan infrastruktur lain yakni Kereta Cepat Jakarta – Bandung, Kereta Ringan Jabodetabek (light tail transit) dilakukan diatas jalan tol eksisting yang beroperasi. Setelah terbangunnya Jalan Tol Layang Japek II dapat menambah kapasitas Tol Japek yang ada dibawahnya serta memisahkan antara arus lalu lintas (lalin) jarak pendek dengan arus lalin jarak jauh. Kendaraan tujuan jarak pendek akan menggunakan Tol Japek, sementara kendaraan tujuan jarak jauh menggunakan Tol Layang Japek II.
Selaras dengan hal tersebut, Direktur Utama PT. Jasa Marga Desi Arryani juga mengatakan, PT.Jasa Marga mengusulkan Tol Layang Japek II digunakan hanya untuk kendaraan golongan I yakni mobil kecil dan bus. “Secara struktur tol ini bisa dilewati seluruh golongan kendaraan, namun pertimbangannya adalah faktor safety karena masih banyaknya truk over dimension over load (ODOL) kecepatannya sangat pelan, risiko pecah ban dan seterusnya,” tegas Desi.1